Selasa, 26 Januari 2021

PENTINGYA INDUSTRIALISASI UNTUK MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ( STUDI KASUS`PADA KTH OI RIDA ) ( YULIATI BASRI'S CORNER )

Industrialisasi menjadi salah satu solusi terbaik dalam memberikan jalan kompetisi ilegal untuk masyarakat sekitar hutan,  mensejajarkan diri dengan masyarakat maju diperkotaan, mencerna dan meramu diri dalam setiap treatment untuk mengembangkan diri selalu terhalang dengan kondisi dan dukungan serta kekuatan yang terbatas  dan membutuhkan animasi berpikir yang cenderung berkelas agar keinginan maju dan tumbuh terjalani dengan baik dalam proses pengembangan yang  jelas  dan kearah mana kekuatan dimatchingkan.

Masyarakat sekitar hutan yang diberikan kesempatan untuk melakukan akses kelola dalam skema Perhutanan Sosial tentu harus mampu memberdayakan hasil potensi kawasan yang dimiliki, harus mampu memanfaatkan dengan baik potensi yang ada  dengan prinsip kelestarian hasil serta mampu memberdayakan diri baik potensi hasil hutan bukan kayu maupun secara kelembagaan  dan jalan pembuka untuk mampu memberdayakan diri adalah dengan memanfaatkan potensi hasil hutan bukan kayu, memberdayakan diri dan meningkatkan nilai tambah ( value added ) dari potensi hasil hutan bukan kayu  yang mereka pungut dari kawasan kelola.

Dengan mengandalkan potensi Kawasan Hutan dari Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK), masyarakat sekitar hutan dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan menurunkan jumlah pengangguran yang besar terutama dari golongan masyarakat yang berpendidikan rendah yang berasal dari masyarakat sekitar hutan dan disparitas pendapatan serta kehilangan kesempatan untuk menguasai sumber daya yang ada dipasar dan publik.

Pada tulisan ini, untuk lebih memberikan pemahaman yang jelas betapa pentingnya Industrialisasi untuk mendukung ketahanan HHBK di masyarakat sekitar hutan maka kita akan mencoba mengulas pada pentingnya industrialisasi untuk mendukung KTH Oi Rida melakukan pengembangan usaha kecil untuk meningkatkan nilai tambah dari produk HHBK yang berlokasi di Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima.

Hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu produk hasil hutan yang harus menjadi perhatian penting dari pemerintah, karena produksi hasil hutan kayu sudah tidak bisa menjadi hal utama dalam kehidupan sehari – hari bahkan Hasil hutan bukan kayu adalah bahan-bahan atau komoditas yang didapatkan dari hutan tanpa arus menebang pohon, mencakup hewan buruan, rambut hewan, bambu, rotan, kacang-kacangan, biji, buah beri, jamur, minyak, daun, rempah-rempah, rempah daun, gambut, ranting untuk kayu bakar, pakan hewan ternak, dan madu. Selain itu, tumbuhan paku, kayu manis, lumut, karet, resin, getah, dan ginseng juga masuk ke dalam kategori hasil hutan bukan kayu. 

Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu pada areal Kelola KTH Oi Rida Desa Maria Utara Kecamatan Wawo  memiliki jumlah yang cukup besar terutama terkenal dengan kopinya, dengan potensi yang terselingi meliputi kemiri, empon - empon  dan madu. 

Potensi HHBK  yang terdapat dalam kawasan yang dimiliki dalam areal kelola KTH Oi Rida dengan Luas 510 Ha berupa Madu alam, Kopi, Kemiri, dan Kunyit  yang merupakan potensi hasil hutan bukan kayu membutuhkan sentuhan dan stimulan dari pemerintah terutama bagaimana caranya meningkatkan nilai dari madu alam yang memiliki khas tersendiri bahkan sudah menjadi kearifan lokal di masyarakat wawo, madu alam ini menjadi minuman yang memiliki manfaat dalam dunia kesehatan masyarakat wawo, oleh karena itu dibutuhkan pengolahan madu alam akan menambah nilai dari madu alam itu sendiri baik nilai berupa peningkatan harga maupun untuk nilai penjualan. sejalan dengan produk HHBK lainnya pun membutuhkan dukungan dan suport untuk bisa berkompetisi dengan produk impor yang berkelas dan memiliki kemasan dan bentuk yang menarik.

Produk HHBK KTH Oi Rida  akan menjadi panggung bisnis  baru yang akan memicu pertumbuhan ekonomi desa Maria  Utara  yang  berbasis`masyarakat dan perkembangan ini akan menuju pada revolusi industri 4.0.

Dengan industrialisasi maka produk - produk kelompok tani hutan Oi Rida  akan mengalami paradikma pertumbuhan ekonomi yang terangsang dan terpacu dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat desa, dan akan memicu perkembangan kemajuan masyarakat desa, namun  tentu dengan pengembangan atau pengolahan produk yang dilakukan tentu harus disertai dengan Suport  " BELA & BELI"

Idustrialisasi  ini akan memberikan nilai positif perkembangan kemajuan desa menuju pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Berikut Produk yang sudah distimulan dan dilakukan pengolahan serta diberi label & kemasan yang menarik :


Gambar 1. Madu Alam

Gambar 2. Kopi Kawae

Gambar 3. Kunyit





Sabtu, 23 Januari 2021

MENUMBUHKAN KELOMPOK WIRAUSAHA (ENTREPRENEURIAL GROUP) YANG MAMPU MENCIPTAKAN PENDAPATAN TIDAK SEKEDAR MENUNGGU ANGGARAN (EARNING RATHER THAN SPENDING ( STIMULAN PENGOLAHAN HHBK BAGI KELOMPOK TANI OI RIDA )

 

MENUMBUHKAN KELOMPOK WIRAUSAHA (ENTREPRENEURIAL GROUP)  YANG MAMPU MENCIPTAKAN PENDAPATAN  TIDAK SEKEDAR MENUNGGU ANGGARAN  (EARNING RATHER THAN SPENDING ( STIMULAN PENGOLAHAN HHBK BAGI KELOMPOK TANI OI RIDA )

 

Di era Industri 4.0 dimana creativity economi seperti  teknologi, informasi dan knowledge sudah menjadi seperti barang komoditas sehingga yang menjadi penentu bagi pertumbuhan ekonomi dari seluruh wilayah adalah inovasi yang kreatif. Inovasi  untuk mencari sumber pendapatan baru, inovasi untuk melakukan upaya menumbuhkan kelompok kelompok  wirausaha, kalau sudah kecil lahan  dan sumberdaya manusianya malas  berpikir dan berinovasi serta berkreasi yang baru maka siaplah dengan pertumbuhan kelompok yang stagnan.

Mendorong kemandirian kelompok untuk berkreatifitas  dan berinovasi serta berwirausaha secara mandiri  membutuhkan elaborasi penguatan karakter  kelembagaan yang kuat dan aktif baik pada aspek organisasi, aspek sumberdaya maupun pada jaringan kerjasama agar memiliki daya saing  (Bargaining Position) yang menjadi pengerak siklus  perputaran  ekonomi agar komunikasi lembaga  terbangun secara efektif.

Produk Hasil Hutan Bukan Kayu  ( HHBK ) seperti  Kemiri, Kopi, Jahe, Madu  yang terdapat banyak di Lokasi Kelompok Tani Hutan Oi Rida  merupakan  produk hasil hutan yang mampu mendorong tumbuh kembang kegiatan bisnis yang apabila dikelola secara baik akan memberikan kontribusi  atas pemenuhan kebutuhan serta penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan.

Jika diamati masih banyak potensi pendapatan yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan Desa Maria Utara Kecamatan Wwao kedepan. Berdasarkan hasil pengamatan  yang dilakukan  bahwa  jumlah uang yang beredar dari dari hasil pemungutan HHBK setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Maria Utara adalah berkisar Ratusan Juta  setiap tahunnya  dan sudah dipastikan bahwa nilai uang beredar ini ini berasal dari pendapatan Hasil  pemungutan HHBK sehingga perlu adanya upaya serius untuk mencari sumber pendapatan baru dan agar supaya pertumbuhan dan perkembangan kelompok  tidak stagnan maka Kelompok Tani Hutan Oi Rida Desa Maria Utara kabupaten Bima perlu melakukan identifikasi factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan selalu berupaya menggali potensi pendapatan yang dapat merangsang dan memacu peningkatan pendapatan kelompok. 

Bagi Kelompok Tani Hutan Oi Rida Desa Maria Utara, kemampuan menggali potensi pendapatan  dan memanfaatkannya secara optimal merupakan hal yang penting yang harus dilakukan untuk menunjukkan  kapasitas entrepreneurship kelompok dalam mengelola organisasi menuju kelompok Tani Hutan yang sejahtera dan memiliki kelembagaan yang kuat.

Dukungan dari pemerintah Desa dalam memacu pertumbuhan pendapatan kelompok Tani Hutan juga merupakan salah satu hal yang menjadi  pemicu berkembangnya jiwa entrepreneurship dari kelompok tani hutan misalnya belum adanya peta potensi pendapatan secara makro  dari pemerintah Desa akan menjadikan sumber pendapatan daerah akan stagnan setiap tahunnya karena tidak  penetapan target yang jelas.

Namun Jika Kelompok berhasrat maju, maka  harus mampu mendorong peningkatan pendapatan dan mampu mengidentifikasi peta potensi pendapatan secara mandiri, meskipun  upaya  peningkatan kualitas pendapatan adalah upaya untuk berhemat (ekonomis), peningkatan pengetahuan serta peningkatan jumlah modal atau sumber lain namun memetakan potensi pendapatan akan lebih merangsang pencarian sumber pendapatan yang belum tergali dan untuk mengidentifikasi  peta pendapatan memang tidak mudah, oleh karena potensi yang ada masih tersembunyi, maka perlu dilakukan penelitian untuk menggali potensi pendapatan yang ada dan diperlukan upaya dan research yang serius dengan ekspektasi bahwa dengan menemukan dan mengidentifikasi potensi pendapatan dan sumber pendapatan akan memberikan peluang-peluang yang baru yang akan menjadi sumber pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat sekitar hutan terutama Kelompok Tani Hutan Oi Rida.

Minggu, 10 Januari 2021

KESUKSESAN PERHUTANAN SOSIAL DITINGKAT TAPAK MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN PADA AREAL BKPH MARIA DONGGOMASSA

 KESUKSESAN PERHUTANAN SOSIAL DITINGKAT TAPAK MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN PADA AREAL BKPH MARIA DONGGOMASSA

 ( Tinjauan Penigkatan Pendapatan )


Yuliati Basri, S.Hut., MM

Kasi Perencanaan & Pemanfaatan Hasil Hutan & Pemberdayaan Masyarakat (P2HH & PM) BKPH Maria Donggomassa

A. Latar Belakang


Menurut Prasetyo Eko (2008), bahwa salah satu indikator utama dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara adalah laju pertumbuhan ekonomi. Ekonomi dikatakan bertumbuh jika produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya dan menghasilkan tambahan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam periode waktu tertentu. Dibeberapa Negara berkembang tak kecuali di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi sasaran utama pembangunan, namun persoalnnya adalah sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi belumlah cukup menjadi jaminan bahwa kesejahteraan masyarakat meningkat secara merata.

Pertumbuhan ekonomi secara makro memang belum menyentuh pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari sabang Sampai Marauke karena masih banyak diantara masyarakat yang hidup disekitar hutan masih terasing dan tidak tersentuh kenikmatan pembangunan yang sedang dipacu oleh Pemerintah, sehingga oleh pemerintah mengambil langkah cerdas dengan strategi memberdayakan masyarakat sampai pada tingkat tapak dengan menghadirkan sebuah peraturan Menteri Kehutanan Lingkungan Hidup dan kehutanan yang terangkum dalam P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial. Kebijakan ini telah memberikan solusi terbaik dalam menyelesaikan konflik yang multi kompleks yang terjadi pada masyarakat sekitar hutan terutama dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian fungsi hutan.

Dengan adanya aturan ini masyarakat sekitar hutan diharapkan bisa lebih memposisikan dirinya dalam melakukan pengawasan dan pelestarian fungsi hutan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat masyarakat sekitar hutan.

Salah satu point penting dalam perhutanan sosial ini adalah merubah pola pikir masyarakat sekitar hutan dalam mengelola Kawasan Hutan dengan berorientasi pada Pelestarian Fungsi Hutan dan Masyarakat sejahtera

Hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong masyarakat untuk mengelola kawasan dengan perubahan paradigma dari Orientasi Hasil Hutan Kayu menjadi Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK).

Mendeteksi kesuksesan perhutanan sosial ditingkat tapak tidak terlalu sulit jika diukur dengan peningkatan jumlah pendapatan masyarakat sekitar hutan pengguna ijin pengelolaan dari akses perhutanan sosial dan melihat keadaan/kondisi pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Hal ini menjadi lebih mudah dan cepat, juga merupakan salah satu hal yang bisa di lakukan meskipun gambarannya secara sederhana dan sangat simple.






B. Rumusan Masalah

Pada kajian ini membuat rumusan masalah dengan berpatokan kepada rumusan masalah deskriftif sehingga pada kajian ini dapat di jelaskan rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana kesuksesan perhutanan sosial di tingkat tapak menuju peningkatan Kesejahteraan dan kemandirian ekonomi masyarakat sekitar hutan pada areal BKPH Maria Donggomassa ?


C. Metode Kajian

1. Metode Kajian

Metode Kajian yang digunakan adalah dengan menghitung jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat sekitar hutan dari hasil perolehan yang didapatkan dari hasil pemungutan Hasil Hutan Berupa Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK ) serta melihat penguatan kelembagaan pada setiap Kelompok Masyarakat Sekitar Hutan.

2. Tempat Kajian

Kajian dilakukan di beberapa lokasi di Areal BKPH Maria Donggomassa yang memiliki Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyaraatan meliputi HKm Oi Rida, HKM Kapenta Nanga Nae dan HKm Kapari Lestari.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kajian ini, menggunakan teknik pengumpulan data dengan melalui wawancara dan studi dokumentasi dimana kajian dilakukan dengan mengumpulkan data – data kajian berupa hasil pertemuan ditingkat kelembagaan dan data perolehan Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) dari Januari sampai dengan Nopember 2018.


D. Tinjauan Pustaka

Bahwa salah satu arah kebijaksanaan pengarahan urbanisasi di

Indonesia yang pada saat sedang dikembangkan adalah mengembangkan daerah – daerah pedesaan agar memiliki nuansa khas pedesaan seperti lingkungan hijau dengan udara yang segar, pengembangan perekonomian desa juga didasarkan oleh pembangunan system perekonomian yang cocok dan mengandalkan potensi daerah pedesaan itu sendiri sebagai unggulan dengan harapan dengan munculnya penduduk pedesaan yang bernuansa perkotaan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan aspek keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara tuntutan pertumbuhan ekonmi dan keseimbangan ekosistem serta lingkungan alam ( Nur Feriyanto, 2014).

Pembangunan yang berarah pada penguatan daya saing daerah menuju pada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang beresensi pada kekuatan diri harus berpatokan dan memperhatikan pada potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah sesuai dengan kekhasan yang dimiliki oleh daerah.

Keunikan sebuah daerah merupakan anugerah yang dimiliki dan perlu untuk diketahui dan dinikmati oleh semua orang. Potensi yang ada harus bisa di jelajahi dan diketahui secara baik jika kedepannya diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada kekuatan daerah menuju kemakmuran yang berkelanjutan. Setiap peluang dan potensi yang terjelajah dapat dipastikan akan mendukung pertumbuhan dan pengembangan pembangunan serta gairah investasi daerah yang berkualitas dan berdaya saing.

Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki kebebasan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi wilayah, dan untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan disuatu daerah sangat diperlukan informasi mengenai potensi ekonomi wilayah dan potensi ini dapat diketahui dengan melakukan indentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai sector maupun sub sector ekonomi diwilayah tersebut. Sector ekonomi yang memiliki unggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sector ekonomi lain untuk berkembang ( Dodo Kurniawan, 2015 ).

Selanjutnya Tarigan, (2012) dalam Dodo Kurniawan (2015) bahwa potensi keunggulan suatu daerah dipengaruhi oleh factor :

1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam wilayah yang memiliki keunggulan untuk menghasilkan produk tertentu.

2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir ( menemukan hal – hal baru ) untuk jenis produk tertentu

3. Masyarakatnya menguasai keterampilan khusus

4. Wilayah yang dekat dengan pasar

5. Wilayah dengan aksesibilitas tinggi

6. Daerah konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis

7. Daerah agglomerasi dari berbagai kegiatan yaitu memanfaatkan keuntungan aglomerasi.

8. Upah buruh rendah dan tersedia dalam jumlah cukup dan didukung oleh keterampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung.

9. Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan jujur, terbuka, bekerja keras, dapat diajak bekerjasama dan disiplin.

10. Kebijaksanaan pemerintah yang mendukung pada terciptanya keunggulan suatu kegiatan ekonomi suatu daerah.

( Dodo Kurniawan, 2015 )

Kesuksesan pembangunan juga dapat terlihat dengan melalui pemberdayaan masyarakat yang semakin bergairah dan mampu Meningkatkan produktifitas berdasarkan pada kekuatan dan kemampuan diri, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dwi Pratiwi Kurniawati, dkk ( 2013 ) yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi ( Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto ), bahwa dampak dari program pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Mojokerto telah dapat Meningkatkan kemandirian ekonomi terutama produktivitas dan pendapatan masyarakat yang mendapatkan bantuan.

Pembangunan merupakan sebuah proses perubahan yang menunjukkan terjadinya kemajuan dan pergerakan sebuah masyarakat melalui kemampuan dan kekuatan diri sendiri yang pandang secara multiaspek yang mencakup berbagai hal mendasar baik secara struktur sosial masyarakat, kemampuan survival masyarakat, perkembangan institusi – institusi pemerintah yang lebih terbuka dan transparant, peningkatan

partisipasi masyarakat dalam melakukan pemberdayaan diri, kemudahan aksesibilitas sumber daya daerah maupun kemantapan sumber daya yang tidak bisa digoyangkan dan diintervensi oleh hal lain. Arsyad (2010 : 374 ) dalam Kurniawan Dodo ( 2015 : 2 ) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi secara sadar dibutuhkan kebijakan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada ciri khas (unique value) dari daerah yang bersangkutan (endogenenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).



E. Hasil dan Pembahasan Kajian

Upaya pemerintah mendorong perkembangan kemajuan masyarakat sekitar hutan melalui perhutanan sosial telah memberikan peningkatan kepercayaan diri masyarakat sekitar hutan untuk bergerak menuju pada tujuan pembangunan nasional yang adil dan makmur serta menemukan eksistensi diri sehingga kemandirian ekonomi masyarakat sekitar hutan akan tercipta secara berkelanjutan. Perhutanan sosial telah mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara kelembagaan, peningkatan kesejahteraan pada tingkat tapak, terjadinya pemerataan pembangunan, peningkatan keamanan dan ketertiban daerah sekitar hutan, peningkatan pemberdayaan ekonomi, serta menurunkan ketertarikan pergerakan masyarakat pedesaan menuju ke kota.

Walaupun hasil cakupan pembangunan di Kota besar melaju dengan gesit beriring dengan penambahan sarana dan prasarana, kemudahan akses investasi, perputaran modal yang cepat, kedekatan mobile dengan pemerintah, ketersediaan kebutuhan fisik masyarakat yang serba ada namun masyarakat sekitar hutan pun telah beranjak secara mandiri dan bergerak secara pasti dalam menumbuhkan eksistensi diri dan menciptakan kemandirian ekonomi.

Semangat pencapaian kemandirian ekonomi masyarakat sekitar hutan tetap secara konsisten dan komitmen secara berkelanjutan untuk selalu bangkit dan bergairah sebagai cikal bakal kebangkitan bangsa Indonesia secara serentak dan nasional melalui perhutanan sosial.

Berdasarkan pada fakta dan data yang empiris, berikut pemaparan tentang kesuksesan perhutanan sosial ditingkat tapak melalui peningkatan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi masyarakat sekitar hutan pada areal BKPH Maria Donggomassa dengan menggunakan Tinjuan perhitungan pendapatan masyarakat sekitar hutan dan penguatan Kelembagaan pada setiap kelompok masyarakat sekitar hutan.

1. Pendapatan Masyarakat Sekitar Hutan di HKm Oi Rida, HKm Kapari Lestari dan Hkm Kapenta Nanga Nae pada Areal BKPH Maria Donggomassa.

Perhutanan Sosial merupakan pemberian akses legal kepada masyarakat sekitar hutan untuk melakukan pengelolaan atau pemanfaatan kawasan hutan secara lestari.

Upaya pemerintah dalam pemberian akses ini diharapkan Masyarakat dapat menikmati Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK ) dari hasil pengelolaan kawasan hutan dengan tetap menjaga Hasil Hutan secara lestari. Upaya ini akan mengalami kesusksesan apabila dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat dan didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga hutan.

Pengelolaan kawasan hutan secara lestari dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan jika dikelola dengan pemahaman yang benar. Berikut jumlah pendapatan masyarakat sekitar hutan yang mendapatkan hasil dari pemungutan hasil hutan bukan kayu pada areal BKPH Maria Donggomassa berdasarkan pada data hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) Selama Januari sampai dengan Nopember 2018 diareal KPH Maria Donggomassa dengan data rincian sebagai berikut :










Tabel 1. Data Jumlah Penerimaan Negara Bukan Kayu ( PNBP ) berdasarkan Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK ) selama Januari sampai dengan Nopember 2018 pada areal BKPH Maria Donggomassa.


No.  Jenis Komoditi                       Produksi        Setoran PNBP (Rp)

1.      Kemiri                                 14,348 Ton          10.330.560

2.      Mente (HHBK Lainnya)        48,10 Ton            1.443.000

3.      Kopi                                       7,351 Ton           1.984.740

4.      Madu                                      274 liter                 822.000

5.      Bambu                                 8.629 Batang         2.588.700

             Jumlah                                                         17.169.000


Berdasarkan data pada tabel 1 diatas bahwa produksi HHBK pada masyarakat sekitar hutan pada areal BKPH Maria Donggomassa yang telah mendapatkan akses perhutanan sosial telah memberikan produksi Kemiri sebanyak 14,348 ton, Kopi sebanyak 7,351 ton, Madu sebanyak 274 ton, HHBK lainnya sebanyak 48,100 ton dan bambu sebanyak 8.629 Batang dengan jumlah PNBP berkisar Rp. 17.169.000,-. Kontribusi masyarakat sekitar hutan dalam 

memberikan dan menyetorkan PNBP merupakan bukti adanya komitmen kuat masyarakat sekitar hutan atas`pemakaian aset negara melalui pengelolaan kawasan hutan dan juga merupakan bukti bahwa masyarakat memiliki kesadaran dan komitmen atas` perhutanan sosial yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ini telah meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan pada areal BKPH Maria Donggomassa dan hal ini mengindikasikan bahwa tujuan dari kehadiran perhutanan sosial akan menciptakan `kemandirian ekonomi pada masyarakat sekitar hutan. Berikut perhitungan jumlah pendapatan masyarakat sekitar hutan pada areal BKPH Maria Donggomassa khususnya pada lokasi HKm OI Rida, HKm Kapari Lestari dan HKm Kapenta Nanga Nae.

Tabel 2. Data Jumlah Penerimaan Negara Bukan Kayu ( PNBP ) berdasarkan komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK ) selama Januari sampai dengan Nopember 2018.

No.      Jenis Komoditi                   Volume       Harga Pasar ( Rp )            Total Pendapatan

  1.   Kemiri                     14,348 Ton              7.500/kg                             107.610.000

  2.    Mente                     48, 100 Ton            15.000/kg                            721.500.000

  3.   Kopi                          3,672 Ton              27.000/kg                              99.144.000

  4.    Madu                       274 liter             150.000/liter                              41.100.000

  5.   Bambu                8.629 Batang           30.000/ 3 Batang                      86.290.000

                                                          Jumlah                                        1.055.644.000

Jika dilihat dari jumlah pandapatan dari 3 HKm yang beroperasi yang berada diareal KPH Maria Donggomassa adalah sekitar Rp. 1.055.644.00, maka dapat dikatakan bahwa tujuan untuk mencapai kemandirian ekonomi pada masyarakat sekitar hutan tidak akan sulit untuk dicapai.

2. Penguatan Kelembagaan Masyarakat Sekitar Hutan di HKm Oi Rida, HKm Kapari Lestari dan HKm Kapenta Nanga Nae

Penguatan kelembagaan masyarakat sekitar hutan dilakukan dengan memberikan kesempatan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan

keinginannya lewat sebuah wadah yang mempersatukan masyarakat sekitar hutan.

Menyesuaikan dengan keinginan, tujuan dan konsep dari perhutanan soaial dibutuhkan Kelompok Tani Hutan ( KTH ) yang mampu memiliki komitmen dalam membangun kelestarian hutan dengan menerapkan konsep budaya yang sesuai dengan harapan dan kemampuan penduduk masyarakat sekitar hutan.

Foto 1. Pembinaan Kelompok HKm Kapari Lestari ( fb yuliati basri)

Foto 2. Pembinaan Kelompok HKm Oi Rida ( fb yuliati basri)

Foto 3. Pembinaan Kelompok HKm Kapenta Nanga Nae ( fb yuliati basri)

Foto 4. Pembinaan Kelompok HKm Kapenta Nanga Nae ( fb yuliati basri)

Penguatan kelembagaan merupakan hal terpenting dalam menjamin kesuksesan penerapan dari konsep perhutanan sosial, Kelembagaan yang kuat secara alami akan mendukung kekuatan untuk bangkit memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar hutan secara mandiri, kekuatan inipun akan mampu menjaga keamanan kawasan hutan secara efektif serta mampu meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia yang hidup dan tergantung dari kawasan hutan.

F. BAGIAN PENUTUP

Berdasarkan hasil ulasan diatas maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa :

1. Kesuksesan pembangunan ditingkat tapak sesungguhnya dapat tercermin melalui rangkaian aktivitas yang terjadi pada masyarakat desa yang semakin memiliki kepekaaan dan kepercayaan diri untuk meningkatkan  kemandirian ekonomi.

2. Kemandirian ekonomi masyarakat sekitar hutan 3 HKm yang beroperasi yang berada diareal KPH Maria Donggomassa meliputi HKm Oi Rida, HKm Kapari Lestari dan HKm Kapenta Nanga Nae dapat dilihat dari jumlah uang yang diperoleh oleh masyarakat sekitar hutan dari hasil pemungutan hasil hutan bukan kayu adalah Rp. 1.055.644.00, .

G. Daftar Pustaka

Dodo Kurniawan, 2015. Strategi Pengembangan Sektor – Sektor Ekonomi Potensial ( Studi di Kabupaten Dompu – Nusa Tenggara Barat ), Cetakan Pertama, Genta Press, Yokyakarta.

Dwi Pratiwi Kurniawati, dkk. (2013), Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi ( Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. No. 4 Hal 9 – 14.

Nur Feriyanto, 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, UPP STIM YKPN, Yokyakarta.

Prasetyo, Eko. 2008 ” The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital Sebagai Pemacu Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas”. Jejak, Volume 1, Nomor 1.